Hama PBKo Ancam Panen Kopi Gayo 2025–2026, Petani Rugi Besar

Foto: Kopi di serang PBKO. (Ist)

REDELONG (GAYOExpost.com) – Musim panen kopi tahun 2025–2026 di Kabupaten Bener Meriah diwarnai ancaman serius. Sebagian buah kopi arabika Gayo kembali diserang hama Penggerek Buah Kopi (PBKo), yang berpotensi menurunkan produksi dan merugikan petani.

Peneliti kopi dari Lembaga Enveritas dan Yamada Spire, Kasman Dedi, SP, menyebutkan serangan PBKo kali ini cukup mengkhawatirkan. “Akibat serangan hama ini, banyak buah kopi berubah warna menjadi kuning lalu rontok sebelum matang. Kondisi ini tentu sangat merugikan petani,” ungkapnya, Rabu (24/9/2025).

READ  HUT ke-3 Satupena.co.id Santunan Anak Yatim dan Doa Bersama Penuh Makna

Kasman menjelaskan, musim panen tahun ini mencatat fenomena baru dalam sistem penjualan buah kopi cherry. Buah kopi dipilah dengan metode dirimbang, di mana yang mengapung dihargai Rp4.000–Rp5.000 per kilogram. Namun, serangan PBKo membuat kualitas buah kopi menurun dan berdampak langsung pada ekonomi petani.

READ  Dua Putra Gayo Ukir Prestasi, Lolos Seleksi Sespimma Polri 2025

Lebih jauh ia menerangkan, PBKo yang sebelumnya hanya ditemukan pada ketinggian 800 mdpl, kini akibat perubahan iklim global sudah mampu bertahan hidup di ketinggian hingga 1.600 mdpl. “Ini penyakit serius, salah-salah masyarakat di sini bisa gagal panen,” tegas Kasman.

PBKo (Hypothenemus hampei) merupakan hama kumbang yang menyerang buah kopi, merusak biji, menurunkan mutu, serta mengurangi hasil produksi secara signifikan. Mayoritas populasinya adalah betina, dengan perbandingan betina-jantan bisa mencapai 500:1. Serangga betina hidup lebih lama (rata-rata 156 hari) dan aktif terbang pada sore hari antara pukul 16.00–18.00, sehingga cepat menyebar di satu hamparan wilayah.

READ  Patroli Wisata, Polsek Pintu Rime Gayo Hadirkan Rasa Aman Bagi Pengunjung Wih Ni Kulus

Kasman menekankan, serangan PBKo sudah tergolong pandemi hama yang harus diwaspadai petani. Ia mendorong pemerintah daerah segera mengambil langkah serius dan terukur untuk menanggulangi dampaknya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *